BLOG PINDAH KE

Sabtu, 06 Februari 2010

B. Imelda Lambertini

“Dapatkah seorang menyambut Yesus masuk ke dalam hatinya dan tidak mati?”


Imelda Lambertini dilahirkan di Bologna, Italia pada tahun 1322, sebagai puteri pasangan Pangeran Egano Lambertini dan Castora Galuzzi. Sanak keluarganya terkenal religius, di antara mereka terdapat seorang pengkhotbah Dominikan, seorang moeder pendiri Fransiskan, dan seorang bibi yang mendirikan sebuah biara dengan peraturan yang ketat di Bologna.

Imelda adalah seorang gadis kecil yang lemah lembut, dikasihi dan disayangi seluruh keluarga. Karena lingkungan keluarganya yang religius, tak mengherankan bahwa ia tumbuh menjadi seorang gadis yang saleh. Imelda kecil suka sekali berdoa; kerap kali diam-diam ia menghilang ke suatu sudut rumah yang tenang, yang dihiasinya dengan bunga-bungaan dan gambar-gambar kudus menjadi sebuah pojok doa kecil baginya. Ia belajar membaca Mazmur dan sejak muda benar setia ikut ambil bagian dalam Misa dan Ibadat Sore di gereja Dominikan. Ibunya mengajarinya menjahit dan memasak bagi orang-orang miskin, juga mengajaknya ikut serta membantu dalam kegiatan amal kasih.

Ketika Imelda berusia sembilan tahun, ia minta agar diperkenankan masuk Biara Dominikan di Valdi-Pietra di Bologna. Ia adalah anak satu-satunya dari pasangan yang sudah cukup lanjut usianya untuk berharap dapat memperoleh anak lagi; sungguh pilu membiarkannya pergi. Meski demikian mereka mengantarkannya juga ke biara dan mempersembahkannya kepada Tuhan dengan sukarela, walau hati remuk-redam.

Status Imelda dalam biara tidak cukup jelas. Ia mengenakan jubah, ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan biara sepanjang diijinkan. Ia belajar Offisi dari mendengarkan madah-madah yang dilantunkan para biarawati dan merenungkannya sedapat yang ia mampu. Disposisi batin biarawati kecil ini segera saja membuatnya disayangi, sementara semangat berkobar-kobar yang menghantarnya masuk ke dalam biara sungguh membawa dampak positif bagi para biarawati lainnya. Devosi istimewa Imelda adalah kehadiran Ekaristis Tuhan kita dalam perayaan Misa Kudus dan dalam tabernakel. Menyambut Tuhan kita dalam Komuni Kudus adalah kerinduan hatinya yang terdalam; sayang, pada masa itu, untuk menyambut Komuni Pertama seorang anak harus berusia sekurang-kurangnya duabelas tahun. Sekali waktu, apabila tak tahan menahan kerinduan hatinya, Imelda akan berseru, “Katakanlah padaku, dapatkah seorang menyambut Yesus masuk ke dalam hatinya dan tidak mati?”

Sungguh, suatu hidup yang sepi bagi seorang gadis kecil berusia sembilan tahun, dan seperti kebanyakan anak lainnya yang kesepian, ia membayangkan teman bermain bagi dirinya - tetapi dengan satu perbedaan ini - teman-teman bermainnya adalah para kudus! Ia teristimewa sangat sayang kepada St Agnes, martir, yang berusia sedikit lebih tua dari dirinya. Seringkali ia membaca tentang St Agnes dari buku-buku besar bergambar di perpustakaan, dan suatu hari, St Agnes datang menampakkan diri kepadanya! Imelda sungguh bersukacita. Ia tidak dilibatkan dalam devosi-devosi orang dewasa, tetapi kini ia mempunyai sahabat sebaya yang dapat memberitahukan kepadanya segala hal yang paling ingin diketahuinya. Sesudah kunjungan ini, St Agnes kerap datang menemuinya, dan mereka berdua bercakap akrab mengenai hal-hal surgawi.

Natal pertamanya di biara hanya membawa kepedihan dalam hati Imelda. Ia memendam harapan bahwa para biarawati akan berbelaskasihan dan mengijinkannya menyambut Komuni Suci. Namun, pada hari agung itu, ketika semua orang maju menyambut Yesus dalam Ekaristi Kudus, Imelda harus tinggal di tempatnya, memandang dengan berlinang airmata kepada Bayi Kudus dalam palungan. Imelda mulai berdoa bahkan dengan lebih khusuk lagi agar ia diperkenankan menyambut Komuni Suci.

12 Mei 1333. Musim semi telah tiba di Bologna, dan dunia sedang bersiap merayakan Hari Raya Kenaikan Tuhan. Para biarawati sibuk mempersiapkan keperluan Misa; tak seorang pun dari antara mereka menaruh perhatian khusus pada gadis kecil yang tengah berlutut larut dalam doa. Walau ia telah memohon agar diperkenankan tinggal di kapel pada malam hari raya, permohonannya tak diindahkan; dan ia pun taat. Mereka tidak tahu betapa gigih ia mengetuk pintu gerbang surga, sembari mengulang-ulang bagi dirinya sendiri demi menguatkan keyakinannya, ayat ini, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

Maka, pintu sungguh dibuka bagi Imelda pada pagi Hari Raya Kenaikan Tuhan. Ia telah memohon sekali lagi dengan sangat agar diberikan kepadanya hak istimewa untuk menyambut Komuni Suci, dan karena ia bersikeras, terpaksalah imam dipanggil. Imam menolak mentah-mentah; Imelda harus menunggu hingga cukup usianya. Imelda pergi ke tempatnya di kapel, dan dengan diam membisu memandang sementara para biarawati pergi menyambut Komuni.

Seusai Misa, hanya Imelda seorang yang tetap tinggal di tempatnya di bagian paduan suara. Suster yang bertugas di sakristi memadamkan lilin-lilin dan membenahi pakaian-pakaian Misa. Sekonyong-konyong suatu suara membuatnya membalikkan badan dan melongok ke bagian paduan suara; terlihatlah olehnya seberkas cahaya yang bersinar cemerlang di atas kepala Imelda dan sebuah Hosti melayang-layang dalam cahaya itu. Suster bergegas memanggil imam yang segera datang dengan patena di tangan guna menerima-Nya.

Imam tak punya pilihan lain; Tuhan Sendiri telah menyatakan bahwa Ia menghendaki untuk bersatu dengan Imelda. Maka, dengan penuh hormat imam mengambil Hosti dan memberikannya kepada gadis kecil yang sedang mengalami ekstasi itu, yang berlutut bagaikan sebuah patung yang bercahaya, tak sadar akan kehadiran para biarawati yang datang berkerumun di kapel, ataupun orang-orang awam yang berdesakan di balik terali-terali kapel untuk melihat apa yang terjadi.

Selang beberapa waktu setelah mengucap syukur, priorin datang memanggil gadis kecil itu untuk sarapan. Didapatinya Imelda masih berlutut; suatu senyum bahagia tersungging di bibirnya, tetapi ia telah wafat, dalam luapan kasih dan sukacita.

Sepanjang hidupnya Imelda begitu rindu menyambut Yesus dalam Komuni Kudus; dan sungguh, Tuhan tidak pernah mengecewakan. Tuhan telah merancang suatu rencana yang indah, yang tak terbayangkan oleh siapa pun, bagi mempelai kecil-Nya - membawa Imelda bersama-Nya ke dalam Kerajaan-Nya, sehingga mereka tidak akan pernah berpisah lagi untuk selamanya!

Imelda Lambertini dinyatakan sebagai beata pada tahun 1826 dan dimaklumkan sebagai pelindung para penerima Komuni Pertama oleh St Paus Pius X. Jenazah Imelda yang tak rusak hingga sekarang disemayamkan di Gereja St Sigismund di Bologna. Pesta B. Imelda Lambertini dirayakan pada tanggal 13 Mei.




Disalin dari :
www.indocell.net/yesaya

1 komentar: