BLOG PINDAH KE

Sabtu, 11 Juni 2011

St Edward

13 Oktober.Raja St Edward adalah salah seorang yang paling dikasihi dari semua raja Inggris. Ia hidup pada abad kesebelas. Oleh sebab para musuh di tanah airnya sendiri, ia harus tinggal di Normandy, Perancis, sejak usianya sepuluh tahun hingga empatpuluh tahun. Ketika ia pulang kembali untuk memimpin negeri, segenap rakyat menyambutnya dengan sukacita.


St Edward adalah seorang yang tinggi dan tegap perawakannya, tetapi kesehatannya amat rapuh. Meski begitu ia dapat memimpin negerinya dengan baik dan senantiasa memelihara kedamaian di negerinya. Ini karena ia percaya dan mengandalkan Tuhan. Raja Edward ikut ambil bagian dalam misa setiap hari. Ia adalah seorang yang lemah lembut dan baik hati, yang tidak pernah berbicara kasar. Kepada orang-orang miskin dan orang-orang asing, ia menunjukkan belas kasih yang istimewa. Ia juga membantu para biarawan dengan segala cara yang dapat ia lakukan. Adalah keadilannya kepada setiap orang dan kasihnya kepada Gereja Tuhan yang menjadikan St Edward begitu populer di kalangan rakyat Inggris. Mereka akan bersorak-sorai sementara ia mengendarai kudanya keluar istana.


Meski ia seorang raja dengan kekuasaan yang besar, St Edward menunjukkan kejujurannya dengan jalan menepati janjinya kepada Tuhan dan kepada rakyat. Sewaktu masih tinggal di Normandy, ia mengucapkan suatu ikrar kepada Tuhan. Ia mengatakan bahwa apabila keluarganya berkesempatan melihat masa-masa yang lebih baik, ia akan pergi berziarah ke makam St Petrus di Roma. Setelah dinobatkan sebagai raja, ia rindu untuk menepati ikrarnya ini. Tetapi para bangsawan tahu bahwa tak akan ada siapa-siapa lagi yang akan memelihara perdamaian diantara orang-orang yang gemar berperang di tanah itu. Jadi, meski mereka mengagumi devosi raja, mereka tak hendak membiarkannya pergi. Segala masalah ini disampaikan kepada paus, St Leo IX. Bapa Suci memutuskan bahwa raja dapat tinggal di kerajaannya. Beliau mengatakan bahwa hendaknyalah Raja Edward membagi-bagikan uang yang seharusnya dipergunakannya untuk berziarah kepada orang-orang miskin. Ia hendaknya juga membangun atau memperbaiki suatu biara demi menghormati St Petrus. Dengan taat, raja melaksanakan keputusan paus. Raja wafat pada tahun 1066 dan dimakamkan di sebuah biara indah yang telah ia bangun kembali. Ia dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Alexander III pada tahun 1161.

Raja yang kudus ini berusaha sepanjang hidupnya untuk mempergunakan karunia-karunia yang diberikan kepadanya demi menolong sesama. Adakah aku mempergunakan karunia-karunia yang diberikan kepadaku untuk berbuat kebajikan?

Disalin dari : Yesaya

Para Malaikat Pelindung


Pada hari 2 Oktober ini kita merayakan pesta para utusan Tuhan yang melindungi kita umat manusia. Kita dapat menemukan kisah tentang mereka sepanjang Kitab Suci. Para malaikat menyampaikan pesan-pesan dari Tuhan, melindungi manusia dari mara bahaya serta menyelamatkannya. Dalam Perjanjian Baru, dalam Kitab Kisah Para Rasul bab 12 dikisahkan bagaimana St. Petrus dibimbing oleh seorang malaikat untuk meloloskan diri dari penjara. Telah berabad-abad lamanya umat Kristiani percaya bahwa kita masing-masing mempunyai seorang malaikat pelindung.


Gambar malaikat pelindung yang paling sering kita jumpai adalah gambar seorang malaikat yang sedang melindungi seorang anak kecil yang sedang berjalan menyeberangi sebuah jembatan kecil. Pada tahun 1608, Paus Paulus V menambahkan pesta para malaikat pelindung ke dalam penanggalan para kudus dan pesta gerejani. Mengetahui serta mengimani bahwa kita masing-masing mempunyai seorang malaikat pelindung yang melindungi kita, sungguh sangat membesarkan hati. Malaikat pelindung kita adalah hadiah dari Tuhan kita yang penuh belas kasih.


“Demikianlah para malaikat itu berada di sini; mereka ada di sampingmu; mereka ada bersamamu, mereka ada bagi kamu. Mereka ada di sini untuk melindungimu serta melayanimu. Dan meskipun Tuhan-lah yang telah menugaskan mereka untuk tugas-tugas itu, kita tetap harus berterima kasih kepada mereka oleh karena kasih mereka yang besar sehingga mereka taat serta datang untuk menolong kita pada saat kita membutuhkan pertolongan.”
St. Bernardus

Disalin dari : Yesaya

Selasa, 01 Maret 2011

St. Martinus dari Tours

Belahan Mantolnya Sampai di Surga

Santo Martinus dilahirkan di Sabaria, Hungaria pada tahun 315. Ayahnya seorang perwira Romawi. Tidak seorang pun dari kedua orangtuanya yang beragama Kristen, tetapi Martinus merasakan adanya panggilan yang kuat dari lubuk hatinya untuk menjadi pengikut Kristus. Pernah suatu hari ketika usianya sepuluh tahun, Martinus diam-diam pergi  dari rumahnya dan mengetuk pintu sebuah gereja Katolik. Dia belajar iman Katolik secara sembunyi-sembunyi supaya ia bisa dibaptis. Ketika berusia 15 tahun, Martinus dipaksa masuk angkatan bersenjata Romawi, padahal Martinus tidak suka orang saling membunuh dalam peperangan.


Suatu malam di musim dingin, Martinus berjumpa dengan seorang pengemis berpakaian compang-camping yang menggigil kedinginan. Martinus menghentikan kudanya dan melepaskan mantol wol-nya yang indah. Dengan pedangnya Ia menyobek mantolnya itu menjadi dua bagian dan kemudian memberikan yang sebagian kepada si pengemis yang segera menerimanya dengan gembira. Malam itu Martinus bermimpi. Dalam mimpinya Yesus mengenakan belahan mantolnya yang ia berikan kepada si pengemis! Yesus berkata kepada para malaikat dan para kudus yang mengelilinginya kataNya, "Lihat mantol yang diberikan Martinus kepadaKu, padahal ia masih seorang katekumen (= pengikut pelajaran agama Katolik) dan belum dibaptis!" Ketika Martinus bangun, ia segera mohon dibaptis. Martinus mengundurkan diri dari dinas ketentaraan, sebab katanya, "Aku ini laskar Kristus, karena itu tidak patut aku berperang."

St. Martinus kemudian menjadi seorang imam dan seorang uskup yang hebat. Ia senantiasa membagikan cinta kasihnya yang besar kepada siapa saja. Ketika St. Martinus wafat di Tours, Perancis, pada tahun 397, ia dimakamkan di Pemakaman Kaum Miskin. Pestanya dirayakan tanggal 11 November.


"St. Martinus, bantulah kami untuk MEMBERI dengan tulus hati kepada Tuhan dan sesama, seperti yang engkau lakukan. Amin."

Disalin dari : Yesaya 

Senin, 28 Februari 2011

St Adelaide

16 Desember St Adelaide dilahirkan pada tahun 931. Dalam usia enambelas tahun, Puteri Burgundi ini dinikahkan dengan Raja Lothair. Tiga tahun kemudian, suaminya meninggal dunia. Penguasa yang diyakini telah meracuni suaminya berusaha menjadikan Adelaide sebagai isteri puteranya. Adelaide tentu saja menolak. Dalam murkanya, sang penguasa memperlakukannya dengan kejam. Ia bahkan mengurung Adelaide dalam sebuah benteng di tengah sebuah danau.

Adelaide diselamatkan ketika Raja Otto Agung dari Jerman menaklukkan penguasa ini. Meski Adelaide duapuluh tahun lebih muda darinya, Otto menikahi Puteri Adelaide yang cantik pada Hari Natal. Ketika raja membawa pulang ratunya yang baru, rakyat Jerman segera mencintainya. Adelaide seorang yang lemah lembut dan anggun lagi cantik jelita. Tuhan menganugerahkan lima anak kepada pasangan kerajaan ini. Mereka hidup bahagia selama duapuluh dua tahun. Ketika Otto mangkat, putera sulung Adelaide menjadi penguasa. Puteranya ini, Otto Kedua, seorang yang baik, tetapi terlalu cepat bertindak tanpa pikir panjang. Ia melawan ibunya sendiri sehingga ibunya meninggalkan istana. Dalam kepedihan hatinya, Adelaide minta pertolongan seorang abbas, St Majolus. Abbas ini membuat Otto menyesali perbuatannya. Adelaide menemui puteranya di Italia dan raja memohon pengampunan dari bundanya. Adelaide berdoa bagi puteranya dengan membawa persembahan ke tempat ziarah St Martin dari Tours.

Di masa tuanya, St Adelaide dipanggil untuk memimpin negara sementara cucunya masih kanak-kanak. Ia membangun banyak biara dan berkarya demi mempertobatkan orang-orang Slavic. Sepanjang hidupnya, ratu yang kudus ini taat pada nasehat orang-orang kudus. Ia senantiasa siap sedia mengampuni mereka yang bersalah kepadanya. St Addle dari Cluny menyebutnya sebagai “perpaduan mengagumkan dari keelokan dan keanggunan.”

St Adelaide wafat pada tanggal 16 Desember 999.   
Perempuan kudus ini dicintai sebagai seorang penguasa yang bijaksana. Bagaimanakah rahmat Tuhan berkarya dalam diriku sendiri?
sumber : Yesaya